Minggu, Januari 30, 2011
Selasa, Januari 25, 2011
#buatan ayah apem dan strawberry III
aku masih menunggu biru....
luasnya pantai coklat ini sangat sepi...
aku terbakar di saat bulan itu memancarkan dingin
sangat dingin...
hingga saat aku hembuskan nafasku...
menyembul uap seperti embun nan hangat...
sambil duduk aku nikmati segelas coffe cream kesukaanku...
aku tak mau berkata bahwa aku sudah meng abu...
hujan...saat itulah tergambar benar diriku...
aku sangat menikmati jutaan air yg menderu
tanah,langit,daun...
seolah seolah tak ada jarak dan menyatu...
tapi aku tetap menunggu biru ku...
dia bukan orang pertama
yg pernah aku cium keningnya agar mendung itu tak ragu tuk turun hujan
aku merasa sangat seperti jingga....
jelajahi pagi tuk sekedar menyibak kabut tebal
tapi inilah aku...
aku lah kayu yang terpahat namamu..
hanya bisa kau patahkan atau kabakar
untuk melenyapkannya...
yah...hingga lelah itu singgah...
aku akan tetap menunggumu...
menunggu biru...
luasnya pantai coklat ini sangat sepi...
aku terbakar di saat bulan itu memancarkan dingin
sangat dingin...
hingga saat aku hembuskan nafasku...
menyembul uap seperti embun nan hangat...
sambil duduk aku nikmati segelas coffe cream kesukaanku...
aku tak mau berkata bahwa aku sudah meng abu...
hujan...saat itulah tergambar benar diriku...
aku sangat menikmati jutaan air yg menderu
tanah,langit,daun...
seolah seolah tak ada jarak dan menyatu...
tapi aku tetap menunggu biru ku...
dia bukan orang pertama
yg pernah aku cium keningnya agar mendung itu tak ragu tuk turun hujan
aku merasa sangat seperti jingga....
jelajahi pagi tuk sekedar menyibak kabut tebal
tapi inilah aku...
aku lah kayu yang terpahat namamu..
hanya bisa kau patahkan atau kabakar
untuk melenyapkannya...
yah...hingga lelah itu singgah...
aku akan tetap menunggumu...
menunggu biru...
#buatan ayah apem dan strawberry II
Ini adalah mainan yg dulu kujanjikan padamu....
Km bilang kalo ingin skali bisa sepertinya...
Km membuatku seperti pria paling beruntung krn bisa menjagamu...
Seluruh hdupku hanya untukmu hingga saat ini smpe mati...
Tapi ak hanyalah kegagalan...
Mereka bilang ak tak pantaz utkmu...
dan mengambilmu dari hidupku...meskipun itu lah cara utk membunuhku scara perlahan...
Dari jauh sini ak melihatmu lebih bahagia....
Sebuah dunia baru dgn banyak hal yg diperbarui tentang km dn pikiranmu bahkan tentang ak...
diantara berjuta rasa yg ga bisa diungkapkan dari diriku....
Tak ada ak di daftar orang2 tersayang di bindermu...
Tak ada doa untukku yg terucap di bibirmu....
Bahkan di mimpimu pun ak tak melintas...
Tak ada lagi panggilan ayah untuk ak....
Meskipun begitu,ak tetap memanggilmu nak...
kutunggu disini hingga engkau datang...
Km bilang kalo ingin skali bisa sepertinya...
Km membuatku seperti pria paling beruntung krn bisa menjagamu...
Seluruh hdupku hanya untukmu hingga saat ini smpe mati...
Tapi ak hanyalah kegagalan...
Mereka bilang ak tak pantaz utkmu...
dan mengambilmu dari hidupku...meskipun itu lah cara utk membunuhku scara perlahan...
Dari jauh sini ak melihatmu lebih bahagia....
Sebuah dunia baru dgn banyak hal yg diperbarui tentang km dn pikiranmu bahkan tentang ak...
diantara berjuta rasa yg ga bisa diungkapkan dari diriku....
Tak ada ak di daftar orang2 tersayang di bindermu...
Tak ada doa untukku yg terucap di bibirmu....
Bahkan di mimpimu pun ak tak melintas...
Tak ada lagi panggilan ayah untuk ak....
Meskipun begitu,ak tetap memanggilmu nak...
kutunggu disini hingga engkau datang...
#buatan ayah apem dan strawberry
sekiranya cinta melukis bahagiamu malam ini
ku ingin setia mendampingi di setiap jejakmu
menjagamu dari setiap luka yang mencoba mengecupmu
kuasamu atas hatiku merambah belantara rindu yang tak putus-putus menciumi titik pengakhirannya
merunduk malu dalam hasrat yang bergegas tulus untuk mencintaimu selamanya
tak kan lelah menapak dalam jejak yang tertatih menuju rumah hatimu
hanya padamu ku cari segala muara untuk bahagia yang ku cercap di bibir yang tak lagi punya kata untuk memuji dan berjanji
aku ternyata mencintaimu....
ku ingin setia mendampingi di setiap jejakmu
menjagamu dari setiap luka yang mencoba mengecupmu
kuasamu atas hatiku merambah belantara rindu yang tak putus-putus menciumi titik pengakhirannya
merunduk malu dalam hasrat yang bergegas tulus untuk mencintaimu selamanya
tak kan lelah menapak dalam jejak yang tertatih menuju rumah hatimu
hanya padamu ku cari segala muara untuk bahagia yang ku cercap di bibir yang tak lagi punya kata untuk memuji dan berjanji
aku ternyata mencintaimu....
Senin, Januari 24, 2011
SHIVER _ TERLUKA
Jika aku dapat mengerti keinginanmu
Mungkin aku takkan lukai perasaanmu
Hanya aku tak pernah bisa untuk mengalah
Hingga aku tak kuasa menahan amarah
Semestinya aku tak mengulang
Kesalahan yang tlah membuatmu hilang
Seharusnya aku tak mamulai pertengkaran itu
*
Hingga akhirnya kini kau pun terluka
Terluka karena aku karena ku tak bisa
Tak bisa 'tuk mengerti tak bisa 'tuk pahami
Masihkah ada maaf darimu
Jika aku dapat mengerti keinginanmu
Mungkin aku takkan lukai perasaanmu
back to *
**
Kau yang tercinta ku buat kau terluka
Terluka karena aku karena ku tak bisa
Tak bisa 'tuk mengerti tak bisa 'tuk pahami
Masihkah ada maaf untukku
back to *, **
Ooo.. terluka karenaku
Masihkah ada maaf untukku
Mungkin aku takkan lukai perasaanmu
Hanya aku tak pernah bisa untuk mengalah
Hingga aku tak kuasa menahan amarah
Semestinya aku tak mengulang
Kesalahan yang tlah membuatmu hilang
Seharusnya aku tak mamulai pertengkaran itu
*
Hingga akhirnya kini kau pun terluka
Terluka karena aku karena ku tak bisa
Tak bisa 'tuk mengerti tak bisa 'tuk pahami
Masihkah ada maaf darimu
Jika aku dapat mengerti keinginanmu
Mungkin aku takkan lukai perasaanmu
back to *
**
Kau yang tercinta ku buat kau terluka
Terluka karena aku karena ku tak bisa
Tak bisa 'tuk mengerti tak bisa 'tuk pahami
Masihkah ada maaf untukku
back to *, **
Ooo.. terluka karenaku
Masihkah ada maaf untukku
Minggu, Januari 23, 2011
"singkong sama donat"
selamat yah atas kedok kaka ade nya ..
sumpah , sukses banget .. :)
selamat aja deh yg bisa keluar dari mulut ini ..
moga langgeng , moga saling pengertian :)
semoga cerita yang kalian tulis lebih indah !
sumpah , sukses banget .. :)
selamat aja deh yg bisa keluar dari mulut ini ..
moga langgeng , moga saling pengertian :)
semoga cerita yang kalian tulis lebih indah !
Kamis, Januari 20, 2011
TERPIKIRKAN (lagi) HAL YANG BODOH INI
akankah kau ucap hal yang sama untukku sekarang ?
ucapan yang dulu kau berikan untuk seseorang yang tak ingin ku tinggalkan
akankah kata yang kau dedikasikan itu untuk dia akan kau dedikasikan pula untukku ?
yang dulu aku pun menganggap remeh kata kata mu itu ..
karma berlaku sayang ..
bahkan sebelum aku mati , karma telah menampakkan dirinya
aku yang dulu meninggalkan luka untuk dia
sekarang aku yang ditinggali luka
"belum bisa terima kenyataan aja dia .."
"nanti juga kalo uda dapat yang baru bakal lupa .. "
tapi apa ? coba kita lihat sekarang
sampai saat ini dia buktikan kata katanya
sampai saat ini tak ada wanita yang menggandeng tangannya
luka mu aku rasakan kini .. :'(
Rabu, Januari 19, 2011
Justru Pada Akhir Tahun
bermukimlah di peti mati dan jangan menangis lagi
aku terpaksa berkhianat dan cintamu menjadi siksa
keengganan-kehilangan jadi ketakutan bangsawan
dan jadilah hatiku asing pada pangkalan dan persinggahan
berilah aku kenikmatan atau keedanan dan bukan cinta
cinta memang ku damba tapi jadi asing didekatnya
begitu agung ia , mungkin tak ku kenal bila singgah di dada
dan oleh luka luka tak ku percaya lagi kehadirannya
terkutuklah saat saat aku sadari diri begini
tampak seolah tindakku berbunga dosa
tindak yang disisi hatiku sungguh bening
(percayalah!Matamu 'kan mengutuk segala dusta)
tolonglah memupus lari sangsiku
(demi cinta mu yang tak waras kepadaku)
pendamlah cintamu dalam perbuatan edan
atau sekali sekali khianatilah aku
atau bermukimlah di peti mati dan jangan menangis lagi
atau bunuh aku dengan tikaman mesra duka cinta
dan segalanya akan putus begitu
bukankah itu mesra ... sayangku ?
aku terpaksa berkhianat dan cintamu menjadi siksa
keengganan-kehilangan jadi ketakutan bangsawan
dan jadilah hatiku asing pada pangkalan dan persinggahan
berilah aku kenikmatan atau keedanan dan bukan cinta
cinta memang ku damba tapi jadi asing didekatnya
begitu agung ia , mungkin tak ku kenal bila singgah di dada
dan oleh luka luka tak ku percaya lagi kehadirannya
terkutuklah saat saat aku sadari diri begini
tampak seolah tindakku berbunga dosa
tindak yang disisi hatiku sungguh bening
(percayalah!Matamu 'kan mengutuk segala dusta)
tolonglah memupus lari sangsiku
(demi cinta mu yang tak waras kepadaku)
pendamlah cintamu dalam perbuatan edan
atau sekali sekali khianatilah aku
atau bermukimlah di peti mati dan jangan menangis lagi
atau bunuh aku dengan tikaman mesra duka cinta
dan segalanya akan putus begitu
bukankah itu mesra ... sayangku ?
Minggu, Januari 16, 2011
LOGIKA DAN CINTA
Sudah lama aku hidup dengan logika. Bagiku ia sahabat terbaik sepanjang masa. Bahkan saat aku masih di kandungan ibuku pun barangkali ia sudah berbaring turut melengkung di sebelahku. Ikut menendang-nendang perut ibuku, kadang malah iseng menyenggol-nyenggol bahuku.
Aku dan logika tak pernah terpisah. Nyaris sembilan belas tahun aku berjasad dan ber-ruh, logika tak pernah sedikitpun bergeser letak dariku. Nyaris selama itu pula logika selalu membantuku, bermain-main dalam jasad dan ruh-ku, tapi tak pernah meninggalkanku barang sekerjap waktu sekalipun.
Ia berlari saat aku terburu-buru mengejar waktu, tapi ia tidak ngos-ngosan. Ia membungkuk saat aku tertekan dan terpuruk, tapi ia tidak sayu dan layu. Ia tegap saat aku dilanda senang, tapi ia tidak melayang. Ia siaga saat aku mengernyitkan jidat dan memicingkan mata jika ada seseorang yang dengan tidak sopannya menyenggolku. Namun ia tidak berteriak. Itu logika ku. Logika yang begitu kupuja sepenuh hidupku. Yang selalu tahu apa yang harus aku kerjakan ketika aku sedang dilanda apapun. Yang tak pernah salah memberitahuku apa yang harus kulakukan.
Begitu bangganya aku dengan logika ku. Sampai aku heran sekali melihat orang yang begitu mudahnya tersulut api amarah hanya karena wajahnya tiba-tiba ditampar orang di jalan raya. Betapa gampangnya orang menangis mengharu-biru hanya karena ditinggal wafat oleh sanak keluarganya. Betapa durjanya orang bermuram kala tidak mendapat pekerjaan setelah seharian mendatangi berbagai lowongan.
Aku hanya heran di mana logika mereka. Tidakkah mereka juga punya logika, sama sepertiku. Tapi kenapa mereka tidak bertingkah sepertiku. Aku tidak pernah marah ketika orang mencaci-makiku, bahkan meludahiku tanpa alasan yang jelas sekalipun. Aku tidak pernah menangis tersedu-sedu ketika ayah dan ibuku mati di depan mataku. Aku tidak pernah murung ketika seharian harus berjalan kaki keluar-masuk pintu kantor tanpa mendapat hasil. Karena aku punya logika. Logika ku yang begitu kupuja. Logika ku yang selalu memberiku alasan kenapa semua itu terjadi. Logika yang selalu bisa membuat aku mengerti apa yang kulalui dan kuhadapi dalam hidupku.
- - o - -
Aku bangga dengan logika. Masih bangga. Masih kupuja. Hingga aku bertemu dengan seorang wanita yang menyapaku di dunia maya. Tidak pernah sekalipun kami bersua. Hanya perbincangan ringan lewat kata-kata yang muncul di layar komputer saja. Aku sapa. Dia sapa. Sedikit basa-basi, dan kami pun larut dalam canda tawa yang membuatku lupa dengan logika.
Kadang aku ditemani dengan secangkir teh hangat. Sambil berbincang-bincang dengan wanita itu. Dia juga begitu hangat menyapa dan berbicara kepadaku, seperti secangkir teh yang setia menemaniku setiap aku bersua dengannya-tentu di ranah maya. Dia sungguh pandai membuatku terlena dalam tiap kata nya. Tidak ada yang membuatku begitu bersemangat melalui hari-hariku selain menghabiskan beberapa jam berbincang-bincang dengannya. Wanita itu selalu bisa membuatku tersenyum. Tak pernah kehabisan akal untuk membuatku tertawa terpingkal-pingkal. Hingga satu hari aku mendapat nilai C di salah satu mata kuliahku-yang membuatku merasa ingin langsung mendatangi dosen pengampunya dan mengacak-ngacak wajahnya yang menyebalkan, wanita itu bisa membuatku lupa bahwa indeks prestasiku jatuh gara-gara nilai mata kuliahku itu.
Aku memuja wanita itu. Begitu bangganya aku dengan dia. Tidak ada yang membuatku begitu gundah gulana kecuali sehari tak mendapatkan kabar darinya. Tidak ada yang membuatku san
gat gelisah dan merasa ingin mati saja, selain saat malam itu aku membuatnya mengeluarkan air mata. Oh, tidak. Aku telah berbuat salah. Salah yang sangat besar. Begitu besarnya hingga lebih baik aku dihukum dijadikan buta saja oleh Tuhan, daripada aku harus melihat wanita itu memberikan wajah dengan lelehan air mata.
Aku melihat air mengalir dari kedua bola matanya yang bulat dan indah. Sedikit berkilau karena basah oleh airmata, yang masih saja terus mengalir, sudah lewat beberapa belas menit padahal. Ia terus saja mengeluarkan air mata. Aku harus apa. Aku harus bagaimana. Apa yang harus aku lakukan agar wanita itu tidak mengeluarkan air mata. Aku tidak bisa melihat ia seperti itu. Karena saat ia mengeluarkan air mata ia tidak bisa tertawa ria. Ia tidak bisa membuatku tersenyum, apalagi terpingkal-pingkal. Aku harus bagaimana.
Entah kenapa, sejak itu logika ku jarang muncul. Aku cari-cari dia. Aku ingin sekali bercerita tentang wanita yang kukenal lewat ranah maya. Aku ingin sekali berbagi dengan logika. Karena memang aku tak pernah lupa menceritakan apapun yang terjadi dalam hari-hariku kepada logika ku.
Aku ingin bertanya pada logika apa yang harus kulakukan terhadap wanita itu. Karena aku ingin wanita itu tidak meninggalkanku. Aku ingin wanita itu selalu menemaniku berbincang-bincang kapanpun masih hidup waktu. Aku tak mau wanita itu berhenti membuatku tertawa. Aku tak ingin dia pergi dari pikiranku. Aku tak ingin dia mengeluarkan air mata.
Aku ingin minta saran dari logika. Karena logika ku tak pernah salah. Ia selalu tahu apa yang harus kulakukan.
- - o - -
Hari berganti. Logika ku belum juga bisa kutemui. Aku gelisah. Semakin detik waktuku berlalu semakin resah. Aku seperti linglung. Berjalan mondar-mandir tak tentu dalam kamarku yang ikut murung. Aku bingung. Wanita itu masih mengeluarkan air mata, sementara logika ku juga lenyap entah ke mana.
Aku letih. Aku berbaring saja di kasurku yang sekarang jadi tak begitu nyaman. Mungkin karena apa yang sedang aku alami sekarang, membuat setiap anggota badanku bertambah beban.
Aku pejamkan mata dengan beribu gundahku. Dalam pandanganku yang tak lagi memandang aku masih mencari-cari logika. Kucari-cari ia dalam kelopak mataku yang sudah mengatup menutup bola mataku. Aku bergumam, berharap logika muncul dan berbaring di sebelahku. Karena aku begitu butuh ia sekarang. Sekarang juga. Aku mau
bertanya tentang apa yang kualami dengan wanita itu.
“Itu cinta.”
Aku tergagap. Mataku membuka sekejap, mengernyitkan jidat dan memicingkan mata. Itu suara logika! Logika datang. Ah, betapa senangnya aku. Kini aku bisa bercerita panjang lebar dengannya. Aku bisa menceritakan tentang wanita itu kepadanya.
“Kau mau bertanya tentang kau dan wanita itu kan? Kau sedang bingung kan?”
Aku mengangguk cepat. Seperti yang kuduga. Logika selalu tahu apa yang aku alami. Tentu saja, ia juga tahu apa yang harus aku lakukan terhadap apa yang aku alami tersebut. Aku sekarang bersemangat, bersemangat untuk mendengar sarannya terhadap aku dan wanita itu.
“Itu namanya cinta, teman.”
Aku termangu. Aku memandang logika dengan terheran. Aku belum pernah dengar itu.. ‘cinta’.
“Kau tahu kenapa aku selalu tidak ada bersamamu, setiap kau bertemu dan berbincang panjang-lebar dengan wanita itu?” Tanya logika, yang langsung menjawab pertanyaannya sendiri tanpa menunggu aku mengeluarkan sepatah katapun dari bibirku yang tiba-tiba jadi kelu. “..karena aku tau cinta akan datang padamu.”
Aku terdiam saja. Memandang logika lekat-lekat seolah bertanya padanya, ‘kenapa?’.
“Oh ya aku lupa”, logika menggaruk-garuk kepalanya dengan malas. “Kau belum pernah melihatku bertemu dengan dia ya. Asal kau tahu saja, kami tidak begitu berteman akrab. Aku tidak suka dengan cinta. Kau tahu, setiap kami berjumpa kami selalu bertengkar. Jadi lebih baik aku pergi menyingkir saja darimu, sementara cinta menemanimu.”
Aku memberikan pandangan memelas pada logika. Ia tahu bahwa aku sedang bertanya padanya, ‘lalu aku harus bagaimana?’
.
“Jangan bertanya
padaku tentang cinta, teman. Aku sudah bilang aku tidak suka dia. Lagipula kau tidak perlu aku untuk membahas soal cinta. Aku tidak bisa sekalipun mengerti dia. Begitu juga dia, tidak pernah sedetikpun bisa mengerti aku.” Jawab logika dengan nada ingin cepat-cepat menyudahi perbincangan ini.
Aku tertunduk. Logika tidak pernah seperti ini padaku. Ia selalu tahu, dan selalu bisa menolongku kapanpun aku butuh. Tapi kini ia jadi begini. Ia malas berurusan denganku saat ini. Hanya karena ia tidak suka dengan cinta.
“Oh ya, satu yang perlu kau ingat teman. Kau tidak perlu seperti itu karena aku meninggalkanmu.” Kata Logika lagi. “.. karena cinta akan lebih sering meninggalkanmu daripada aku.”
Lalu logika pergi lagi dariku. Tanpa berbicara lagi, ia lenyap dalam sejuta rasa cemasku.
Aku dan logika tak pernah terpisah. Nyaris sembilan belas tahun aku berjasad dan ber-ruh, logika tak pernah sedikitpun bergeser letak dariku. Nyaris selama itu pula logika selalu membantuku, bermain-main dalam jasad dan ruh-ku, tapi tak pernah meninggalkanku barang sekerjap waktu sekalipun.
Ia berlari saat aku terburu-buru mengejar waktu, tapi ia tidak ngos-ngosan. Ia membungkuk saat aku tertekan dan terpuruk, tapi ia tidak sayu dan layu. Ia tegap saat aku dilanda senang, tapi ia tidak melayang. Ia siaga saat aku mengernyitkan jidat dan memicingkan mata jika ada seseorang yang dengan tidak sopannya menyenggolku. Namun ia tidak berteriak. Itu logika ku. Logika yang begitu kupuja sepenuh hidupku. Yang selalu tahu apa yang harus aku kerjakan ketika aku sedang dilanda apapun. Yang tak pernah salah memberitahuku apa yang harus kulakukan.
Begitu bangganya aku dengan logika ku. Sampai aku heran sekali melihat orang yang begitu mudahnya tersulut api amarah hanya karena wajahnya tiba-tiba ditampar orang di jalan raya. Betapa gampangnya orang menangis mengharu-biru hanya karena ditinggal wafat oleh sanak keluarganya. Betapa durjanya orang bermuram kala tidak mendapat pekerjaan setelah seharian mendatangi berbagai lowongan.
Aku hanya heran di mana logika mereka. Tidakkah mereka juga punya logika, sama sepertiku. Tapi kenapa mereka tidak bertingkah sepertiku. Aku tidak pernah marah ketika orang mencaci-makiku, bahkan meludahiku tanpa alasan yang jelas sekalipun. Aku tidak pernah menangis tersedu-sedu ketika ayah dan ibuku mati di depan mataku. Aku tidak pernah murung ketika seharian harus berjalan kaki keluar-masuk pintu kantor tanpa mendapat hasil. Karena aku punya logika. Logika ku yang begitu kupuja. Logika ku yang selalu memberiku alasan kenapa semua itu terjadi. Logika yang selalu bisa membuat aku mengerti apa yang kulalui dan kuhadapi dalam hidupku.
- - o - -
Aku bangga dengan logika. Masih bangga. Masih kupuja. Hingga aku bertemu dengan seorang wanita yang menyapaku di dunia maya. Tidak pernah sekalipun kami bersua. Hanya perbincangan ringan lewat kata-kata yang muncul di layar komputer saja. Aku sapa. Dia sapa. Sedikit basa-basi, dan kami pun larut dalam canda tawa yang membuatku lupa dengan logika.
Kadang aku ditemani dengan secangkir teh hangat. Sambil berbincang-bincang dengan wanita itu. Dia juga begitu hangat menyapa dan berbicara kepadaku, seperti secangkir teh yang setia menemaniku setiap aku bersua dengannya-tentu di ranah maya. Dia sungguh pandai membuatku terlena dalam tiap kata nya. Tidak ada yang membuatku begitu bersemangat melalui hari-hariku selain menghabiskan beberapa jam berbincang-bincang dengannya. Wanita itu selalu bisa membuatku tersenyum. Tak pernah kehabisan akal untuk membuatku tertawa terpingkal-pingkal. Hingga satu hari aku mendapat nilai C di salah satu mata kuliahku-yang membuatku merasa ingin langsung mendatangi dosen pengampunya dan mengacak-ngacak wajahnya yang menyebalkan, wanita itu bisa membuatku lupa bahwa indeks prestasiku jatuh gara-gara nilai mata kuliahku itu.
Aku memuja wanita itu. Begitu bangganya aku dengan dia. Tidak ada yang membuatku begitu gundah gulana kecuali sehari tak mendapatkan kabar darinya. Tidak ada yang membuatku san
gat gelisah dan merasa ingin mati saja, selain saat malam itu aku membuatnya mengeluarkan air mata. Oh, tidak. Aku telah berbuat salah. Salah yang sangat besar. Begitu besarnya hingga lebih baik aku dihukum dijadikan buta saja oleh Tuhan, daripada aku harus melihat wanita itu memberikan wajah dengan lelehan air mata.
Aku melihat air mengalir dari kedua bola matanya yang bulat dan indah. Sedikit berkilau karena basah oleh airmata, yang masih saja terus mengalir, sudah lewat beberapa belas menit padahal. Ia terus saja mengeluarkan air mata. Aku harus apa. Aku harus bagaimana. Apa yang harus aku lakukan agar wanita itu tidak mengeluarkan air mata. Aku tidak bisa melihat ia seperti itu. Karena saat ia mengeluarkan air mata ia tidak bisa tertawa ria. Ia tidak bisa membuatku tersenyum, apalagi terpingkal-pingkal. Aku harus bagaimana.
Entah kenapa, sejak itu logika ku jarang muncul. Aku cari-cari dia. Aku ingin sekali bercerita tentang wanita yang kukenal lewat ranah maya. Aku ingin sekali berbagi dengan logika. Karena memang aku tak pernah lupa menceritakan apapun yang terjadi dalam hari-hariku kepada logika ku.
Aku ingin bertanya pada logika apa yang harus kulakukan terhadap wanita itu. Karena aku ingin wanita itu tidak meninggalkanku. Aku ingin wanita itu selalu menemaniku berbincang-bincang kapanpun masih hidup waktu. Aku tak mau wanita itu berhenti membuatku tertawa. Aku tak ingin dia pergi dari pikiranku. Aku tak ingin dia mengeluarkan air mata.
Aku ingin minta saran dari logika. Karena logika ku tak pernah salah. Ia selalu tahu apa yang harus kulakukan.
- - o - -
Hari berganti. Logika ku belum juga bisa kutemui. Aku gelisah. Semakin detik waktuku berlalu semakin resah. Aku seperti linglung. Berjalan mondar-mandir tak tentu dalam kamarku yang ikut murung. Aku bingung. Wanita itu masih mengeluarkan air mata, sementara logika ku juga lenyap entah ke mana.
Aku letih. Aku berbaring saja di kasurku yang sekarang jadi tak begitu nyaman. Mungkin karena apa yang sedang aku alami sekarang, membuat setiap anggota badanku bertambah beban.
Aku pejamkan mata dengan beribu gundahku. Dalam pandanganku yang tak lagi memandang aku masih mencari-cari logika. Kucari-cari ia dalam kelopak mataku yang sudah mengatup menutup bola mataku. Aku bergumam, berharap logika muncul dan berbaring di sebelahku. Karena aku begitu butuh ia sekarang. Sekarang juga. Aku mau
bertanya tentang apa yang kualami dengan wanita itu.
“Itu cinta.”
Aku tergagap. Mataku membuka sekejap, mengernyitkan jidat dan memicingkan mata. Itu suara logika! Logika datang. Ah, betapa senangnya aku. Kini aku bisa bercerita panjang lebar dengannya. Aku bisa menceritakan tentang wanita itu kepadanya.
“Kau mau bertanya tentang kau dan wanita itu kan? Kau sedang bingung kan?”
Aku mengangguk cepat. Seperti yang kuduga. Logika selalu tahu apa yang aku alami. Tentu saja, ia juga tahu apa yang harus aku lakukan terhadap apa yang aku alami tersebut. Aku sekarang bersemangat, bersemangat untuk mendengar sarannya terhadap aku dan wanita itu.
“Itu namanya cinta, teman.”
Aku termangu. Aku memandang logika dengan terheran. Aku belum pernah dengar itu.. ‘cinta’.
“Kau tahu kenapa aku selalu tidak ada bersamamu, setiap kau bertemu dan berbincang panjang-lebar dengan wanita itu?” Tanya logika, yang langsung menjawab pertanyaannya sendiri tanpa menunggu aku mengeluarkan sepatah katapun dari bibirku yang tiba-tiba jadi kelu. “..karena aku tau cinta akan datang padamu.”
Aku terdiam saja. Memandang logika lekat-lekat seolah bertanya padanya, ‘kenapa?’.
“Oh ya aku lupa”, logika menggaruk-garuk kepalanya dengan malas. “Kau belum pernah melihatku bertemu dengan dia ya. Asal kau tahu saja, kami tidak begitu berteman akrab. Aku tidak suka dengan cinta. Kau tahu, setiap kami berjumpa kami selalu bertengkar. Jadi lebih baik aku pergi menyingkir saja darimu, sementara cinta menemanimu.”
Aku memberikan pandangan memelas pada logika. Ia tahu bahwa aku sedang bertanya padanya, ‘lalu aku harus bagaimana?’
.
“Jangan bertanya
padaku tentang cinta, teman. Aku sudah bilang aku tidak suka dia. Lagipula kau tidak perlu aku untuk membahas soal cinta. Aku tidak bisa sekalipun mengerti dia. Begitu juga dia, tidak pernah sedetikpun bisa mengerti aku.” Jawab logika dengan nada ingin cepat-cepat menyudahi perbincangan ini.
Aku tertunduk. Logika tidak pernah seperti ini padaku. Ia selalu tahu, dan selalu bisa menolongku kapanpun aku butuh. Tapi kini ia jadi begini. Ia malas berurusan denganku saat ini. Hanya karena ia tidak suka dengan cinta.
“Oh ya, satu yang perlu kau ingat teman. Kau tidak perlu seperti itu karena aku meninggalkanmu.” Kata Logika lagi. “.. karena cinta akan lebih sering meninggalkanmu daripada aku.”
Lalu logika pergi lagi dariku. Tanpa berbicara lagi, ia lenyap dalam sejuta rasa cemasku.
apa kabar LILY ?
apa kabar Lily yang layu ..
hhm .
bagaimana ?
tutup mulut dan tak usah banyak tanya
Lily ku memang akan selaluLAYU
tapi Lily kuTIDAK PERNAH BERFIKIR UNTUK MATI
hhm .
bagaimana ?
tutup mulut dan tak usah banyak tanya
Lily ku memang akan selalu
tapi Lily ku
Sabtu, Januari 15, 2011
apa kata yang tepat untuk protes terhadap keadaan ?
Ini adalah cerita sebenarnya ( diceritakan oleh Lu Di dan di edit oleh
Lian Shu Xiang )
Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga.
Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi
segalanya sudah terlambat. Membawa nenek utk tinggal bersama
menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar
cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan
suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .
Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya
harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga
tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar
yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga
dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar
matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat
saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata
:"Mari,kita jemput nenek di kampung".
Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke
dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku
seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan
kedalam k anton gnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka
tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar
sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati
saat-saat seperti itu.
Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah
dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata
kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga
tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah dengan
bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih
gembira."Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa:
"Ibu, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga."
Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil
membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga
bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil
menggeleng-gelengkan kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia
selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia
selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil
berkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yang
sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.
Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan
sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki
masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah
nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek
selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan
sendok, itulah cara dia protes.
Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku
sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun
pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di
dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; dia
suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa
untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan k anton g
plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua
kumpulan kantong plastik.
Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan
pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali
lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari, nenek mendapati aku sedang
mencuci piring malam harinya, dia segera masukke kamar sambil membanting
pintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur
seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak
perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil
berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan piring itu
bisa membuatmu mati?"
Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, suasana
mejadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak
pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap
pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu
kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan
lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku,
seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?
Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli
makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Lu
di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga
kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata
tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan dia
akhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama
kami setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba
canggung itu..
Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu
perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar
semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku
segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat
suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar
mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan
berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa
bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.
Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku,
nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh……suamiku
segera mengejarnya keluar rumah.
Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku.
Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah
banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual
dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang
kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Lu
Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku
sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah
berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek
sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?
Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia
berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu
tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke
arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya
penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku
sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku
ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan
berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku
minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi
air mataku mengalir dengan deras.. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat
sangat buruk?
Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi,
memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengan
sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku
menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang
mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa
berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.
Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg
sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta
dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.
Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan
masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi
mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg
melihatku dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami
kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbuka
lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah
meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang
jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam
hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa
denganku,
jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.
Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek
berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku
mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak
melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru
mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku
tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar,
jika............dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.
Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan
penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga
merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua
ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera
mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah
menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya
walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami
hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang
makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.
Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu
dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita
didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku
tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan
berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak
menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus
berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak
berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku
dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jangtungku
terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian.
Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak..
mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang
telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga
sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang
sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.
Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak
ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk
menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi........., semua berlalu
begitu saja.
Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap
kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati
ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi
ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan
miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak
bersalah.
"Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu.
Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja,
tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri, aku
sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata
kepadanya:""Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya"".Dia
melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata
pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa
sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.
Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia
memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku
menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya.""Lu Di, kamu
hamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara
kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar
dengan derasnya. Aku menjawab:""Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah
boleh pergi"".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling
berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air
matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku, semua
sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali.
"Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkan
aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak
bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.Cinta
diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah
akibat kesengajaan darinya.
Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak
akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan
untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah
menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah
pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani
surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap
tidak berbekas.
Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera
berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari,
terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak
perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli
padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan
bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa
terbahak-bahak. Dia lupa........, itu adalah dulu, saat cintaku masih
membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?
Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang
sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang
perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk
anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan
barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak
bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari
kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia
lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku
itu bukan lagi suatu masalah.
Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku
berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar,
sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu
olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit.
Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat
dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera
digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku
terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi
yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?
Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh
kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit
aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia
memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil
tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku
dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku
berteriak histeris memanggil namanya.
Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya………aku
pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya,
tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit
saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium
mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah
mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata
dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi
perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar
nenek lalu menyalakan komputer.
Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku
masih berpikir dia sedang bersandiwara…………Sebuah surat yg sangat panjang
ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi dirimu
aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku
tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan
kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi
ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah
mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup
yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
"""Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup
selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia
sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah
orang yg paling ayah cintai"".
Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK , SD , SMP, SMA
sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga
menulis sebuah surat untukku.""Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg
paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku
tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan
bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis
sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih
atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya
kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah
tertulis semua tahun pemberian padanya""."
Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong
anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang,
bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan
kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia
membuka matanya, tersenyum..............anak itu tetap dalam dekapannya,
dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah.
Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di
tangan sambil berurai air mata....................
Lian Shu Xiang )
Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga.
Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi
segalanya sudah terlambat. Membawa nenek utk tinggal bersama
menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar
cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan
suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .
Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya
harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga
tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar
yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga
dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar
matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat
saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata
:"Mari,kita jemput nenek di kampung".
Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke
dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku
seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan
kedalam k anton gnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka
tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar
sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati
saat-saat seperti itu.
Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah
dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata
kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga
tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah dengan
bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih
gembira."Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa:
"Ibu, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga."
Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil
membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga
bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil
menggeleng-gelengkan kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia
selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia
selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil
berkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yang
sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.
Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan
sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki
masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah
nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek
selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan
sendok, itulah cara dia protes.
Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku
sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun
pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di
dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; dia
suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa
untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan k anton g
plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua
kumpulan kantong plastik.
Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan
pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali
lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari, nenek mendapati aku sedang
mencuci piring malam harinya, dia segera masukke kamar sambil membanting
pintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur
seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak
perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil
berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan piring itu
bisa membuatmu mati?"
Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, suasana
mejadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak
pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap
pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu
kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan
lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku,
seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?
Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli
makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Lu
di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga
kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata
tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan dia
akhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama
kami setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba
canggung itu..
Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu
perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar
semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku
segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat
suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar
mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan
berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa
bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.
Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku,
nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh……suamiku
segera mengejarnya keluar rumah.
Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku.
Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah
banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual
dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang
kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Lu
Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku
sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah
berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek
sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?
Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia
berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu
tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke
arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya
penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku
sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku
ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan
berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku
minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi
air mataku mengalir dengan deras.. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat
sangat buruk?
Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi,
memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengan
sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku
menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang
mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa
berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.
Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg
sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta
dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.
Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan
masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi
mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg
melihatku dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami
kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbuka
lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah
meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang
jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam
hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa
denganku,
jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.
Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek
berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku
mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak
melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru
mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku
tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar,
jika............dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.
Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan
penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga
merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua
ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera
mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah
menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya
walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami
hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang
makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.
Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu
dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita
didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku
tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan
berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak
menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus
berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak
berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku
dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jangtungku
terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian.
Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak..
mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang
telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga
sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang
sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.
Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak
ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk
menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi........., semua berlalu
begitu saja.
Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap
kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati
ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi
ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan
miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak
bersalah.
"Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu.
Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja,
tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri, aku
sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata
kepadanya:""Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya"".Dia
melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata
pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa
sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.
Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia
memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku
menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya.""Lu Di, kamu
hamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara
kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar
dengan derasnya. Aku menjawab:""Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah
boleh pergi"".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling
berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air
matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku, semua
sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali.
"Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkan
aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak
bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.Cinta
diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah
akibat kesengajaan darinya.
Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak
akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan
untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah
menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah
pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani
surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap
tidak berbekas.
Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera
berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari,
terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak
perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli
padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan
bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa
terbahak-bahak. Dia lupa........, itu adalah dulu, saat cintaku masih
membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?
Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang
sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang
perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk
anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan
barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak
bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari
kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia
lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku
itu bukan lagi suatu masalah.
Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku
berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar,
sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu
olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit.
Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat
dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera
digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku
terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi
yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?
Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh
kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit
aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia
memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil
tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku
dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku
berteriak histeris memanggil namanya.
Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya………aku
pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya,
tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit
saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium
mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah
mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata
dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi
perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar
nenek lalu menyalakan komputer.
Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku
masih berpikir dia sedang bersandiwara…………Sebuah surat yg sangat panjang
ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi dirimu
aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku
tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan
kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi
ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah
mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup
yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
"""Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup
selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia
sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah
orang yg paling ayah cintai"".
Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK , SD , SMP, SMA
sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga
menulis sebuah surat untukku.""Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg
paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku
tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan
bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis
sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih
atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya
kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah
tertulis semua tahun pemberian padanya""."
Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong
anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang,
bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan
kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia
membuka matanya, tersenyum..............anak itu tetap dalam dekapannya,
dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah.
Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di
tangan sambil berurai air mata....................
Rabu, Januari 12, 2011
- krisis kepercayaan -
dan dibalut alkohol
ketika surga membisikkan kata yang menyejukkan jiwa
aku merasa tenang dalam dekapan sang waktu
namun ketika angin mulai membawa kabar tentang luka
aku hanya tertegun menahan tangis
Tarik nafasku dalam doa
Tarik pandanganku dari kelamnya curahan duniawi
Tuhan , kau janji padaku akan menghapus luka ini seiring waktu
Tuhan , aku percaya Kau berikan aku luka agar aku kuat
Tuhan , ajari aku mengerti skenario hidupku ...
Selasa, Januari 11, 2011
SELAMAT ULANG TAHUN ( sayangku ... )
MAAF NGGA PUNYA KEBERANIAN UNTUK NGUCAPIN LANGSUNG ..
MAAF KARENA AKU SUDA JANJI UNTUK MENGHILANG
SELAMAT ULANG TAHUN ( sayang )
SEMOGA HARI INI DAN SETERUSNYA BANYAK ORANG YANG MEMBUATMU BAHAGIA
ndud kecilmu
pah , ndud kangen pah ...
cepat pulang yah pah ..
ndud mau dipeluk pah lagi
mamah nangis terus ingat pah ..
mamah sama ndud sayang pah ...
sayang banget ...
miss u pah ...
Minggu, Januari 09, 2011
Kahlil Gibran
"...pabila cinta memanggilmu... ikutilah dia walau jalannya berliku-liku... Dan, pabila sayapnya merangkummu... pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu..." (Kahlil Gibran)
"...kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang" (Kahlil Gibran)
"Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta... terus hidup... sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan..." (Kahlil Gibran)
"Jangan menangis, Kekasihku... Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah... kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan" (Kahlil Gibran)
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..." (Kahlil Gibran)
"Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini... pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang" (Kahlil Gibran)
"Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai... Dan, apa yang kucintai kini... akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai... dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya" (Kahlil Gibran)
"Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku... sebengis kematian... Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara..., di dalam pikiran malam. Hari ini... aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan... sekecup ciuman" (Kahlil Gibran)
"...kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang" (Kahlil Gibran)
"Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta... terus hidup... sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan..." (Kahlil Gibran)
"Jangan menangis, Kekasihku... Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah... kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan" (Kahlil Gibran)
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..." (Kahlil Gibran)
"Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini... pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang" (Kahlil Gibran)
"Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai... Dan, apa yang kucintai kini... akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai... dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya" (Kahlil Gibran)
"Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku... sebengis kematian... Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara..., di dalam pikiran malam. Hari ini... aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan... sekecup ciuman" (Kahlil Gibran)
Jumat, Januari 07, 2011
BUNGA LILY ( part 2 )
nick id ku : WitherLily
ngga tau kenapa tiba tiba aku suka bunga Lily padahal aku ngga tau tu bunga nya yang mana :P . haha
Wither
karena aku lemah .. aku yang layu ..
Lily
putih , suci , cantik , anggun , lambang cinta kasih sejati yang diliputi kedukaan ..
aku pikir WitherLily itu cocok untuk mewakili karakter ku .. dan setelah browser di internet , nyari apa artinya bunga lily , eh .. ko pas banget yah ni bunga . makin jatuh cinta aja ma bunga ini :)
make a wish ...
aku mau buket bunga lily putih 17 tangkai untuk hadiah ulang tahun ku nanti :')
ngga tau kenapa tiba tiba aku suka bunga Lily padahal aku ngga tau tu bunga nya yang mana :P . haha
Wither
karena aku lemah .. aku yang layu ..
Lily
putih , suci , cantik , anggun , lambang cinta kasih sejati yang diliputi kedukaan ..
aku pikir WitherLily itu cocok untuk mewakili karakter ku .. dan setelah browser di internet , nyari apa artinya bunga lily , eh .. ko pas banget yah ni bunga . makin jatuh cinta aja ma bunga ini :)
make a wish ...
aku mau buket bunga lily putih 17 tangkai untuk hadiah ulang tahun ku nanti :')
nowplaying . half_live .. secondhand serenade
cepat sembuh my dear ..
aku janji masalah kita yang kemaren ga bakal keulang lagi :)
aku janji aku nurut apa katamu :')
aku janji nda perajuan ...
nyesal aku yi .. T_T
rasanya mau marah sama diri sendiri aja ..
kalo tau gini aku ngga bakalan maraah sama kamu :'(
cepat sembuh :)
miss u ..
besok aku ke ruma sakit lagi .. aku janji :))
Rabu, Januari 05, 2011
BUNGA LILY ( part 1 )
Bunga lily itu beda dengan bunga lainnya. Warna putihnya terlihat suci. Kelopaknya yang besar dan mengecil, melengkung dengan indah dan anggun. Setiap memekar, selalu terbuka sempurna dan penuh keteguhan hati. Harumnya terasa lembut, membuat hati terasa tenang.
Coba sandingkan bunga lily dengan bunga lainnya, bunga lily takkan mencolok dan menyita perhatianmu, sebaliknya justru menyokong dan melembutkan penampilan bunga lainnya sehingga terlihat keindahan sempurna. Buket tanpa bunga lily, hanya akan menjadi kontes bunga cantik. Tidak tertangkap keindahan keseluruhannya.
Waktu hidup bunga lily juga lebih lama dari yang lainnya. Kuat bertahan lebih lama dan wanginya lebih lama. Dan harganya yang jauh lebih mahal dari bunga lainnya, memang sepadan dengan kualitas dan keindahannya. Hanya yang terpilih dan mampulah yang bisa memilikinya.
Bunga lily adalah bunga orang dewasa, bunga yang anggun dan penuh kekuatan hasrat hidup seorang wanita. Itu yg membedakannya dengan bunga melati, yang memberikan ketenangan untuk mengantar kepergian orang terkasih, meskipun sama - sama putih.
Aku paling suka bunga lily putih. Dan aku mencari pendamping yang seperti bunga lily putih.
Lalu..., apa katamu tadi waktu kutanyakan "apa nama bunga kesukaanmu?"...
Lily..berwarna putih.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hari ini aku melihat buket bunga lily di depan kaca,
membuatku teringat seuntai pertanyaan..
yang selalu terulang di kepalaku dengan nada yang sama..
"Apa katamu tadi waktu kutanyakan nama bunga kesukaanmu?"
Membuatku tersenyum dan tersenyum lagi.
Luna "Loony" Lovegood
Luna "Loony" Lovegood (Lahir ±1981) adalah salah satu tokoh fiksi dalam seri Harry Potter. Ia digambarkan sebagai seorang anak perempuan yang aneh dan kerap menggunakan aksesoris yang tidak lazim seperti kalung yang dibuat dari tutup botol butterbeer, dan menyelipkan tongkat sihirnya di belakang telinga untuk lebih aman.
Ayah Luna, Xenophilius Lovegood adalah editor dari The Quibbler, majalah unik yang berisikan (menurut Luna) "cerita-cerita penting yang perlu diketahui oleh publik". Tampaknya Luna mewarisi keunikan ('keanehan') dari ayahnya. Artikel-artikel di The Quibbler seringkali menggelikan dan bodoh. Harry Potter pada mulanya berpikir bahwa majalah ini adalah majalah lelucon, sampai ia menyadari bahwa Luna mempercayai isi majalah itu. Luna membela keyakinannya, ayahnya, dan majalah itu dari tokoh-tokoh lainnya, di antaranya dari Hermione Granger.
Luna Lovegood ( Diperankan oleh Evanna Lynch) merupakan teman dari Ginny Weasley (Adik Ron Weasley) yang berasal dari asrama Ravenclaw. Dia merupakan tokoh pendatang baru yang baik hati dan membantu Harry dan kawan-kawan untuk melawan Voldemort. Ia juga menjadi tokoh yang selalu menghibur Harry terutama saat ia kehilangan Albus Dumbledore.
Tokoh yang pertama kali muncul pada Harry Potter and the Orde of Phoenix ini juga merupakan salah satu dari beberapa murid Hogwarts yang sepenuhnya percaya kepada Harry bahwa Voldemort telah kembali. Ia juga termasuk dalam anggota dari Dumbledore's Army (Laskar Dumbledore) dan ia mengikuti pertarungan melawan pelahap maut di Kementerian Sihir.
Jenis kelamin Perempuan
Asrama Ravenclaw
Keturunan Darah murni
Aliansi Laskar Dumbledore,
The Quibbler
Diperankan oleh Evanna Lynch
Pemunculan pertama Harry Potter dan Orde Phoenix
Langganan:
Postingan (Atom)